Resiko Penggunaan dot pada bayi – Pemakaian dot pada bayi banyak mengundang pro dan kontra. Sebagian menyayangkan penggunaan dot karena dianggap dapat kurang menciptakan bonding pada ibu yang berakibat pada berkurangnya produksi asi, bahkan ada yang menganggap penggunaan dot hanya di lakukan oleh ibu yang malas menyusui bayinya. Namun sebagian menganggap pemakaian dot sangat membantu terutama bagi ibu bekerja yang tidak bisa menyusui langsung bayinya selama jam kerja. Atau kondisi ibu yang tidak memungkinkan untuk menyusui atau asinya tidak mencukupi sehingga dibutuhkan tambahan asupan susu formula yang mana salah satunya bisa disajikan dengan dot.
Alasan Bunda Menggunakan Dot Bagi Bayi
Dilansir dari verywellfamily,com, penggunaan dot juga didominasi oleh adanya kelainan selama menyusui. Mulai usia 3 sampai 4 minggu, bayi dikenalkan pada dot agar lebih mudah menyusui dan mencegah terjadinya komplikasi selama menerima asupan ASI.
Kekurangan Menggunakan Dot Pada Bayi
Meskipun pemberian dot juga bermanfaat dan mampu memenuhi kebutuhan mendesak selama menyusui, nyatanya dot juga mempunyai kekurangan. Berikut ini adalah macam-macamnya:
- Pelekatan cenderung lemah pada puting susu Bunda
Pengenalan dot yang terlalu dini pada anak bayi ternyata mampu memengaruhi pelekatannya saat menyusui secara langsung dari Bunda. Bayi memang terangsang dengan mudah ketika menyusu, tetapi pelekatannya bisa salah, tidak pas dalam waktu lama, dan berujung pada risiko kesehatan Bunda sendiri.
Hal-hal yang akhirnya terjadi adalah beberapa masalah menyusui, seperti puting bengkak, pembengkakan, penyumbatan saluran ASI, hingga mastitis. Oleh sebab itu, Bunda disarankan untuk mulai mengenalkannya minimal pada usia 3 sampai 4 minggu.
- Penurunan berat badan bayi
Terlalu sering memberikan dot juga menjadi faktor penyebab menurunnya berat badan si kecil selama masa pertumbuhannya. Hal ini dikarenakan suplai ASI yang ikut semakin sedikit secara perlahan sehingga tidak mencukupi kebutuhan harian bayi.
Mungkin Bunda bisa memompa ASI kemudian memasukkannya ke dalam botol bersama dengan dot. Namun, hal ini justru mampu memicu kondisi berat badan bayi yang rendah karena penyajian ASI cenderung membutuhkan waktu lama sehingga konsumsinya jadi lebih jarang.
- Rentan menjadi sarang bakteri
Ketika bayi sudah mulai menangis dengan keras dan sulit dihentikan, biasanya Bunda siap sedia meletakkan dot untuk disedot oleh bayi. Namun, pernahkah terpikirkan oleh Bunda bagaimana kondisi dot saat tidak sengaja terjatuh?
Dot yang jatuh rentan dihinggapi oleh bakteri di lingkungan. Bisa jadi hal tersebut menimbulkan risiko penyakit akibat bakteri tertentu. Dalam kondisi ini, sterilisasi rutin dan cara membersihkan dot dengan benar harus Bunda pelajari dengan baik.
- Bayi berisiko sering tersedak
Tidak dapat dipungkiri bahwa kebanyakan dot bayi menggunakan lubang cukup besar supaya susu mampu diminum lebih mudah oleh si kecil. Tetapi, dari sinilah akar permasalahan yang berikutnya. Bayi Bunda mudah tersedak dengan derasnya aliran asupan dari botol dot.
Tentu sangat berbeda jika bayi benar-benar menyusu secara langsung dari Bunda. Alirannya cenderung lebih stabil dan keluar sembari menyesuaikan rangsangan isap yang dilakukan oleh anak bayi.
Belum lagi dengan kesalahan pemilihan ukuran dot yang terlalu besar hingga menyentuh area sensitif tenggorokannya.
- Masalah pertumbuhan pada gigi
American Dental Asssociation menyatakan bahwa penggunaan dot dapat memengaruhi pertumbuhan serta pembentukan gigi dan mulut. Bahkan, dot dapat mengubah akar-akar pada gigi. Hal ini mampu menghambat pertumbuhan gigi yang seharusnya dapat terjadi secara optimal.
Sedangkan, pemakaian dot untuk memberikan asupan susu pada bayi juga berpotensi menyebabkan gigi yang hitam dan berlubang. Biasanya, bayi mudah tertidur ketika sudah disusukan dengan botol dot sehingga mudah menciptakan genangan pada area tertentu dari mulutnya.
Hal ini dapat memicu pertumbuhan bakteri tidak baik yang mampu merusak lingkungan gigi dan mulut. Padahal, bayi memerlukan dukungan dalam menantikan pertumbuhan giginya.
- Bagian gusi dan rahang yang berubah
Bunda sudah mengetahui bahwa terdapat masalah yang muncul pada gigi dan mulut saat pemakaian dot terlalu dibiasakan. Tidak berhenti sampai di situ saja, ternyata masih ada kondisi perubahan gusi maupun rahang pada si kecil.
Masalah ini akan terlihat ketika Bunda menyadari bahwa posisi gigi tidak beraturan atau terlihat tongos seiring perkembangannya. Tentu hal ini harus diperhatikan, apalagi jika perlahan usianya sudah mencapai 24 bulan atau lebih.
- Risiko terjadinya infeksi telinga
Penelitian telah menunjukkan adanya hubungan antara pemakaian dot dengan kejadian infeksi telinga pada bayi. Risiko ini tiga kali lebih besar mudah terjadi pada si kecil yang sudah memakai dot sejak dini.
Sebuah studi yang dilansir dari friendshipcircle.org menyatakan bahwa buah hati Bunda yang tidak diberikan dot dapat mengurangi risiko terjadinya infeksi telinga tengah sebesar 33%. Setidaknya, ada lebih dari dua kejadian infeksi dalam satu tahun dan berdampak sangat signifikan.
Hal tersebut memengaruhi perkembangan berbicara yang seharusnya memadai dan adanya persepsi soal informasi pendengaran. Mengapa infeksi telinga bisa terjadi? Mengisap dot terus menerus mampu menyebabkan saluran pendengaran terbuka secara tidak normal.
Selain itu, kondisi memungkinkan terjadinya sekresi dari tenggorokan hingga meresap ke telinga tengah. Transmisi bakteri pada sekret dapat memicu infeksi telinga tengah.
- Kemampuan berbicara menjadi terlambat
American Speech Language Hearing Association atau ASHA menyatakan jika pemberian dot yang berlebihan dapat mengganggu perkembangan si kecil dalam berbicara.
Lidah menjadi terlalu sering terdorong ke depan di antara gigi sehingga gigi bagian atas mampu mengarah ke depan atau arah bibir. Tidak menutup kemungkinan bahwa terjadi pembentukan langit-langit mulut lebih sempit.
Selain itu, dot mampu mengganggu perkembangan gerakan ujung lidah yang dibutuhkan untuk memproduksi suara. Dot yang berlebihan dapat berpengaruh negatif pada keterampilan anak dalam berbicara.
- Ketergantungan yang terasa sulit untuk dikontrol
Situasi ini sangat mungkin terjadi karena adanya pembiasaan dengan dot ketika si kecil mulai menangis dan susah ditenangkan. Bunda jadi merasa tidak kerepotan untuk menimangnya lebih lama karena sudah ada dot untuk diberikan.
Namun, hal ini hanyalah membawa ketergantungan yang sulit dikontrol karena ia akan bergantung pada dotnya saat menangis. Ditambah lagi, ketika Bunda memutuskan untuk memasangkannya pada botol untuk mengedot sepanjang waktu tanpa ada kesempatan menyusu secara langsung.
Sekali bayi telanjur ketergantungan, Bunda harus berupaya lebih keras untuk menghentikannya dari pemakaian dot ketika bertumbuh menjadi lebih besar.
Sekian artikel Adsenasia tentang Resiko Penggunaan dot pada bayi Semoga bermanfaat.