Adsenasia – Kisah Nabi Ibrahim As Menyembelih Anaknya. Kisah nabi ibrahim ketika menyembelih anaknya berkaitan erat dengan hari raya idul adha. Idul adha atau biasa kita sebut sebagai hari raya qurban, dilaksanakan oleh umat islam setiap tanggal 10 dzulhijjah setiap tahunnya. Dan ibrahim yang dikenal sebagai kekasih allah dijadikan salah satu landasan pelaksanaan hari raya qurban yang dilaksanakan oleh umat islam hingga hari ini.
NABI IBRAHIM INGIN MEMPUNYAI ANAK
Nabi ibrahim adalah seorang nabi yang mempunyai anak di usia tua. Kala itu, usia manusia masih sangat panjang. Bisa mencapai lebih dari 100 tahun. Ketika itu, beliau meminta kepada allah supaya dianugerahkan seorang anak yang dapat menjadi penerus bagi kehidupan beliau sekaligus menjadi seorang penerus risalah kenabian. Hal ini tertulis di dalam al quran sebagai berikut.
Di surat as-shofat ayat 99 sd 101 tertulis bahwa nabi ibrahim meminta kepada allah untuk diberikan seorang anak yang sholeh. Dan seorang anak yang sholeh tentunya anak yang dapat memberikan kebaikan bagi orang tua dan juga bagi agama. Dan pada akhirnya, allah mengabulkan doanya. Kabar gembira tersebut bahwa beliau akan diberi anak yang amat sabar. Mungkin inilah suatu pertanda bahwa anak beliau tersebut akan mendapat cobaan yang sangat besar yang memerlukan kesabaran yang luar biasa pula. Bagi orang tua tentu sangat gembira apabila mendapat anak yang amat sabar. Adakah orang tua di dunia ini yang tidak senang mendapatkan seorang anak yang sabar?
Kesabaran anak nabi ibrahim ini akan diperlihatkan oleh allah swt sesuai dengan kisah berikutnya. Kisah selanjutnya adalah nabi ibrahim bermimpi mendapatkan suatu perintah dari allah bahwa dia harus menyembelih anaknya. Tentu hal ini tidak mudah bagi siapapun. Dapat kita lihat, bagaimana seorang nabi sekelas nabi ibrahim bisa meragukan mimpi yang dialaminya. Padahal seorang nabi, mimpinya adalah kebenaran. Dan kebenaran mimpi adalah salah satu bentuk kenabian.
NABI IBRAHIM BERMIMPI
Suatu ketika nabi ibrahim bermimpi dan mimpi itu tampak nyata ada dan seperti tidak bermimpi. Ketika itu nabi ibrahim merasa ragu untuk pertama kalinya, apakah mimpi yang dialaminya itu merupakan benar-benar wahyu dari allah atau sekedar bunga tidur. Hal ini membuat hati nabi ibrahim bimbang dan terus menerus berpikir apakah memang benar perintah allah bahwa dia harus menyembelih anaknya.
Sehingga ada suatu kesunatan bagi orang yang tidak berhaji untuk melakukan puasa sunah dua hari sebelum hari raya idul adha. Ini untuk memberikan penghormatan atas apa yang dilakukan oleh nabi ibrahim. Ketika pertama kali bermimpi, beliau meragukan perihal mimpi tersebut. Atau mungkin masih ragu untuk melaksanakannya. Hal ini beliau lakukan selama dua hari untuk berpikir apakah memang benar mimpi yang dialaminya tersebut. Sehingga pada akhirnya, mimpi tersebut dibenarkan oleh beliau.
Saat sudah mantap bahwa mimpi tersebut adalah suatu kebenaran dan perintah dari allah, maka diberitakanlah hal tersebut kepada anaknya. Hal itu termaktub di al quran dengan kutipan ayat sebagai berikut :
Ternyata ayat yang pertama kali diberikan oleh ibrahim, menunjukkan bahwa kebenaran tentang anaknya itu memang benar. Yaitu bahwa nabi ibrahim akan mendapatkan seorang anak yang sabar. Ketika ibrahim bertanya kepada anaknya, yaitu mengatakan bahwa dia mendapatkan perintah dari allah di dalam mimpi untuk menyembelihnya.
Maka jawab anaknya dengan sabar mengatakan bahwa bapaknya harus melaksanakan perintah allah tersebut. Dan diyakinkan oleh anaknya bahwa dia akan mendapatkan anaknya dalam kondisi yang sangat sabar. Hal ini membuktikan kebenaran ayat quran surat as-shofat 101 yang mengatakan bahwa allah akan memberikan kepadanya seorang anak yang sholeh dan sabar.
Karena kebanyakan anak sholeh adalah anak yang sabar. Maka ketika ibrahim meminta kepada allah untuk diberi anak yang sholeh maka allah mengatakan bahwa dia akan diberi anak yang amat sabar. Dan bukan tertulis anak yang sholeh, tetapi disebutkan anak yang sabar. Karena anak sholeh biasanya adalah anak yang mempunyai sifat penyabar.
NABI IBRAHIM MENYEMBELIH ANAKNYA
Ketika anaknya telah rela untuk disembelih, ibrahim pun melaksanakan perintah tersebut. Dan tanpa ragu, ibrahim meletakkan anaknya di suatu batu yang besar. Kemudian diletakkannya gagang pisau di pelipis ibrahim untuk menyembelihnya. Ibrahim pun dengan sabar melaksanakan perintah tersebut demikian juga dengan anaknya. Keduanya dengan sabar melaksanakan perintah allah dengan ketaatan yang total tanpa diberi imbalan apapun.
Allah dengan kekuasaannya mengatakan kepada ibrahim bahwa ibrahim telah membenarkan apa yang telah dimimpikannya. Hal ini merupakan salah satu tanda ketaatan dan keimanan seorang nabi. Karena berita kenabian biasanya diberikan dalam suatu mimpi. Dan allah akan memberikan balasan yang baik bagi setiap orang yang bersedia taat kepadaNya. Ketaatan ibrahim ini langsung diberikan balasannya di dunia ini yaitu dalam bentuk seekor sembelihan yang besar yang dijadikan ganti sebagai sembelihan bagi anak tersebut.
Dengan melihat ketaatan ibrahim yang begitu besar kepada allah. Allah memberikan suatu balasan kebaikan yang dapat membuat nama ibrahim dikenang dalam kebaikannya di hari-hari berikutnya. Yaitu dengan mengabadikan ibrahim di dalam suatu ibadah yang disebut idul adha yang biasa diperingati oleh umat islam sampai hari kiamat kelak.
Karena kebaikan dan ketaatan ibrahim kepada allah swt sebagai salah seorang hamba dan sekaligus nabi membuat allah menjadikannya suatu tata cara ibadah bagi umat islam tiap tanggal 10 dzulhijjah atau idul adha. Dan seorang hamba yang taat kepada allah adalah termasuk orang-orang yang beriman yang telah lulus ujian dengan sangat berat dan tanpa pernah memberikan bantahan kenapa harus dilakukan hal tersebut.
Beliau tidak pernah menanyakan kepada allah kenapa harus menyembelih anaknya. Padahal anak tersebut adalah yang telah dinantikannya dan dimintanya selama ini. Namun pada akhirnya harus rela untuk diminta kembali kepada allah dengan perintah menyembelih tersebut.
Hal ini tentu berbeda dengan manusia biasa yang selalu akan bertanya kenapa hal-hal itu diperintahkan kepadanya. Apalagi jika disuruh untuk menyembelih seorang anak yang sangat dinantikannya selama ini. Maka nabi ibrahim diberi gelar sebagai seorang yang beriman.
Jika seorang manusia diberi gelar atau ‘pangkat’ dengan pangkat dunia, misalnya kepala kelurahan. Maka akan dengan bangga hal itu dijadikan eksistensinya di dunia ini. Hal ini sebagai penghormatan baginya bahwa dia telah mendapat suatu pangkat kehormatan yang memberikan nilai lebih di mata manusia.
Sedangkan allah memberikan langsung gelar kepada nabi ibrahim sebagai orang yang beriman di surat ash-shofat – 111 dimana dijelaskan dengan jelas bahwa nabi ibrahim telah lulus ujian sehingga mendapatkan kehormatan sebagai hamba yang beriman. Hal ini karena beliau telah lulus dari ujian yang amat berat dan hanya seorang nabi saja yang dapat melaluinya. Semoga setelah membacanya, kita dapat mengambil hikmah darinya dan yang terpenting adalah dapat meneladani kisah nabi ibrahim.